Category Archives: Ekonomi

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Bangkalan

                                                          Green House 1

Green House di desa Langkap, Burneh

Bangkalan. Program pencepatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat yang Beragam, Bergizi dan Berimbang  merupakan salah satu program pembangunan sektor pertanian tanaman pangan yang kini  mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Untuk mendukung terwujudnya capaian program tersebut, maka pada  tahun 2013 ini, telah meluncurkan program pembangunan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di beberapa wilayah pedesaan maupun perkotaan secara simultan. Program  baru ini sebenarnya merupakan peningkatan dari program Kementerian  Pertanian yang telah laksanakan sejak tahun 2009, yaitu Gerakan  Pencepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis sumber daya Lokal dengan target sasaran pencapaian pada tahap I yaitu skor PPH sebesar 88,1 pada tahun 2011 dan Tahap II yaitu skor PPH sebesar 95 pada tahun 2015.

Untuk mengakselerasi pencapaian program baru itu, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bangkalan, pada tahun 1013 ini,  dengan anggaran yang telah di alokasikan secara simultan baik berasal dari APBD, APBD Propinsi maupun anggaran APBN Tahun Anggaran 2013, telah melakukan berbagai upaya strategis, mulai dari identifikasi potensi geografis, sosialisas, penguatan kelembagaan dan koordinasi pada tingkat pelaksana, baik dari Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK desa sampai pada tingkat rumah tangga (RT), intensifikasi pemanfaatan pekarangan rumah, pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) di beberapa wilayah pedesaan maupun wilayah perkotaan dengan melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai pendamping utama.

SAMSUNG DIGITAL CAMERA      Pembibitan beberapa tanaman komoditas pilihan  di Kebun Bibit Desa (KBD),desa  Martajasah, Bangkalan

Pada dasarnya, Konsep Rumah Pangan Lestari (RPL) merupakan upaya untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan pekarangan. RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Sedangkan pengusahaan RPL yang dikembangkan dalam skala yang luas, berbasis dusun, desa atau wilayah lainnya disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), termasuk didalamnya upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan-jalan desa, lahan terbuka hijau (RTH) maupun dilingkungan yang merupakan fasilitas publik (sekolah, kantor, balai desa dan lainnya) serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Adapun Prinsip dasar KRPL adalah : (1) Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan. (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. (3) Konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan). (4)Menjaga kelestarian  nelalui kebun bibit desa menuju (5) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Budi Daya Tanaman Gubis 2 Budidaya tanaman sawi oleh Kelompok Wanita Tani “Anggrek” desa Kampak, Kec. Geger di salah satu pekarangan rumah penduduk

Pemilihan komoditas yang akan dikembangkan pada Strata 1, disesuaikan dengan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, berbasis sumber pangan lokal serta bernilai ekonomi. Komoditas tersebut antara lain sayuran, tanaman rempah dan buah-buahan (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak dan buah lainnya, disesuaikan dengan lokasi), dan pangan lokal (ubijalar, ubikayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubi kelapa, gembil labu kuning dan pangan lokal lainnya). Sedangkan pada Strata 2 dan 3 dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak unggas atau ternak lainnya. Tiap kawasan menentukan komoditas unggulan yang dapat dikembangkan ssecara komersial.

SAMSUNG DIGIMAX A503Salah satu jenis komoditas yang ditanam  oleh KWT “Anggrek” desa Kampak

Gambas Sayuran gambas, komoditas yang dibudidayakan dalam Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari di desa Kampak

Untuk melestarikan KRPL, para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok agar sejak awal dilibatkan secara aktif mulai perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya. Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah ketersediaan benih atau bibit, penanganan pasca panen dan pengolahan dan pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan penumbuhan dan penguatan KBD, pengolahan hasil dan marketing. Untuk mewujudkan kemandirian kawasan, maka dilakukan pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman – ternak secara simultan dan bersifat sinergis.  Untuk memenuhi Pola Pangan Harapan yang sudah dicanangkan, maka diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, biji atau biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah dan lainnya) bagi keluarga. Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pendapatan dan kesejahteraan keluarga.      

Kacang Panjang 1Salah satu lokasi lahan pekarangan yang dimanfaatkan untuk menanam  jenis tanaman Kacang Panjang

1 Komentar

19 Juni 2013 · 10:00 pm

Aneka Produk Pangan Olahan Bangkalan

SAMSUNG DIGITAL CAMERAAneka produk pangan olahan Bangkalan berbahan sumber daya lokal

SAMSUNG DIGITAL CAMERAProduk ‘ Cookies ‘ dari komoditi Talas dari Burneh

Bangkalan –  Sebagai daerah yang agraris dengan kultur pertaniannya yang tergolong produktif merupakan sebuah potensi yang menjanjikan bagi tumbuh kembangnya usaha perekonomian pedesaan, khususnya di tingkat petani, baik petani yang bergerak disektor tanaman pangan maupun di sektor perkebunan. Selain pertanian, kondisi geografis Kabupaten Bangkalan yang hampir 3/4 dikelilingi oleh laut (Laut Jawa dan Selat Madura) merupakan keuntungan tersendiri dalam usaha mengembangkan keanekaragaman produk pangan olahan. Beberapa komoditi utama hasil pertanian tanaman pangan Kabupaten Bangkalan  seperti beras, jagung, kedelai dan ketela pohon maupun hasil perkebunan seperti ubi-ubian, ketela pohon, pisang, telah banyak dikembangkan menjadi aneka produk pangan dan minuman olahan  yang bisa dinikmati semua orang sebagai makanan ringan maupun sebagai makanan substitusi beras. Meskipun beberapa macam pangan dan minuman olahan yang diproduksi dan telah dilepas ke pasar adalah hasil usaha rintisan dan masih dilakukan secara konvensional, akan tetapi barangkali soal kualitas sudah dapat disejajarkan dengan produk-produk olahan pangan dan minuman sejenis  lainnya  yang telah diproduksi dengan mesin modern.  Namun demikian, meskipun dari sisi cita rasa maupun inovasi baru sudah bisa bersaing di pasar, akan tetapi sebagian masih memerlukan peningkatan  pada performance kemasannya yang masih tradisional. Persoalan modal maupun masalah marketing,  dua hal ini sementara memang masih menjadi kendala utama dalam usaha peningkatan produktifitas dalam usaha makanan ringan ini.

Kripik dan Kacang Atom KokopKripik Pisang dan Kacang Atom dari Kokop

SAMSUNG DIGITAL CAMERAKarang Mas buah buah Sukun dari Kamal

SAMSUNG DIGITAL CAMERAKripik sukun dari Kamal

Noga Tanah Merah‘ Noga Kacang Tanah ‘ dari Tanah Merah

Jamur Payung KamalJamur Payung

SAMSUNG DIGITAL CAMERAKrupuk Petolah Udang dan Opak Ebi

SAMSUNG DIGITAL CAMERACamilan mente dari Geger

Noga KacangNoga Kacang dari kota Bangkalan

SAMSUNG DIGITAL CAMERATape singkong dari Kwanyar

Ting-ting Karak SepuluhCamilan Ting ting  bahan karak dari Sepuluh

SAMSUNG DIGITAL CAMERAAneka produk madu asli dari Geger

SAMSUNG DIGITAL CAMERAMinuman segar berbahan Labu dari Kwanyar

Tinggalkan komentar

Filed under Ekonomi

Studi Banding ke Bangkalan

                        Penerimaan Peserta Studi Banding  Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

                        se Kalimantan Timur ke Kabupaten Bangkalan

Tinggalkan komentar

Filed under Ekonomi

Kopi Mengkudu Bangkalan

Kopi mengkudu Bangkalan

BANGKALAN  –  Berbeda dengan buah-buahan pada umumnya, seperti buah jeruk, salak, semangka ataupun buah lainnya yang banyak dikonsumsi orang karena rasanya yang manis dan enak, maka buah Morinda Citrifolia atau yang lebih dikenal sebagai buah mengukudu atau pace tidak banyak dikonsumsi orang karena rasanya selain rasanya masam juga aromanya sangat tajam. Karena itu pula, buah ini dinilai kurang memiliki nilai ekonomi dan prospek yang menguntungkan, terutama bagi masyarakat petani. Namun bagi Samhaji Atin, petani asal desa Kombangan, Geger, buah ini justru dilirik sebagai jenis komoditi yang memiliki peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Ia sadar, bahwa sebagian orang masih menyukai buah yang berdaging basah dan lembek ini, karena dinilai berkhasiat  mengobati beberapa macam penyakit, diantaranya dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Melihat potensi ini, pada awal tahun 2011,  Samhaji kemudian mencoba menyulap buah yang kaya nutrisi, korbohidrat dan protein ini menjadi produk olahan pangan yang siap dikonsumsi berupa bubuk yang menyerupai bubuk kopi.  Karena mirip bubuk kopi, Ia pun kemudian melabel produksinya itu dengan ‘kopi mengkudu’. Semula, produk kopi mengkudu ini memang murni dari bahan tunggal buah mengkudu yang masih beraroma keras, dan kemasannyapun terbilang kurang menarik, tampaknya produk ini kurang menarik perhatian orang. Untuk memenuhi selera pasar maupun permintaan yang makin meningkat, Samhaji kemudian menambah komposisi  produksinya itu dengan beberapa bahancampuran lainnya seperti jahe merah, ekstra herba dan kopi arabica. Dengan komposisi yang baru ini kopi mengkudu tidak berorama keras lagi dan kemasannyapun tampil lebih berstandart.

        Berikut ini beberapa khasiat buah mengkudu bagi kesehatan tubuh, hasil berbagai penelitian para pakar kesehatan, antara lain :

1.  Meningkatkan daya tahan tubuh
2.  Menormalkan tekanan darah.
3.  Melawan tumor dan kanker
4.  Menghilangkan rasa sakit
5.  Anti peradangan dan anti nyeri
6.  Mengatur metabolisme dalam tubuh

1 Komentar

Filed under Ekonomi

Potensi Produk Olahan Pangan Bangkalan

 Bangkalan  –  Salah satu masterplan pengembangan kawasan Kabupaten Bangkalanyang saat ini sedang direview dan disusun kembali adalah pengembangan kawasan Agropolitan di tiga wilayah, meliputi Kecamatan Socah, Kecamatan Burneh dan Kecamatan Bangkalan (Soburbang). Review ini dilakukan berkait erat dengan telah berakhirnya masa lima tahun Dokumen Rencana Induk Kawasan Agropolitan Kabupaten Bangkalan (2006-2011).  Konsep pengembangan wilayah yang berbasis pada ekspo hasil pertanian dan penguatan  konsep pengembangan kawasan wisata ini masih banyak memerlukan support dari Pemda maupun dunia swasta, dunia usaha serta masyarakat luas. Selama ini pengembangan agropolitan di kawasan segi tiga emas tersebut terkesan berjalan sangat lamban, kendala adalah terutama dalam hal penyediaan lahan dalam pembangunan sentra – sentra penjualan produk unggulan hasil pertanian, lambatnya program akselerasi pemberdayaan para petani maupun minimnya inovasi tekonologi pengolahan hasil pertanian.

      Kalau diidentifikasi lebih jauh, sebenarnya terdapat banyak potensi daerah yang bisa diangkat ke permukaan untuk mendukung percepatan kawasan agropolitan. Dengan adanya kegiatan seleksi inovasi teknologi yang dilakukan Pemkab Bangkalan, yang dilakukan dalam rangka keikurtsertaan dalam seleksi inovasi teknologi tingkat propvinsi Jawa Timur, diketahui terdapat beberapa produk olahan pangan yang berasal dari kelompok tani binaan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Bangkalan, ternyata memiliki daya saing yang tinggi. Salah satu produk olahan pangan yang berasal dari kelompok tani desa Kramat, kecamatan Bangkalan adalah aneka produk hasil olahan buah salak. dalam bentuk makanan maupun minuman ringan. Diantara produk hasil olahan buah salak yang kini mulai dikenali ini adalak ‘salak kurma’ dan minuman segar dari kulit salak.

       Produk yang berbahan baku buah salak ini merupakan produk olahan pangan yang sangat baru, hasil kerja kelompok tani ‘Ambudi Makmur II’  desa Kramat. Awalnya, kelompok tani yang dipelopori Saniyah ini prihatin melihat buah salak hasil kebunnya, tidak seluruhnya bisa laku dijual ke konsumen. Kenyataannya yang dihadapi adalah disamping ada salak yang bisa disantap langsung, salak yang kemudian disebut sebagai salak kualitas super, terdapat pula banyak salak yang kurang dan tidak disukai orang karena rasanya ‘sepet’ dan tidak manis, karenanya, salak ini tidak memiliki nilai jual. Memperhatian keadaan ini. tentu sangat memprihatinkan. bu Saniyah kemudian mencoba untuk mengolahnya dan mengkoversi jenis salak kw2 dan kw3 ini agar menjadi sesuatu yang berbeda dari aslinya, tujuannya adalah untuk mendongkrak nilai konsumsi dan nilai jual salak ini, setara salak super. Kini, produk olahan salak buah tangan bu Saniyah mulai dikenal dan dilirik konsumen tidak saja dari dalam daerah, akan tetapi juga dari luar daerah dan dijual di beberapa sentra oleh oleh di Bangkalan.


Produk olahan salak kurma Bangkalan

Dodol Salak Kramat, Bangkalan

 

Aneka minuman segar dari buah salak

Sari buah salak

Ikan kering tawar ikan bulu ayam dan abon ikan tuna

Ikan kering tawar ikan layur

Terasi dan petis dari udang

Terasi udang

Bumbu pecel

Minuman segar dari buah nangka

Sirup nanas

Dodol Jambu

Karang Mas dari Kamal

Cokies talas dari Burneh

Jamur payung dari Kamal

Kripik dan kacang atom dari Kokop

4 Komentar

Filed under Ekonomi

Hari Lingkungan Hidup dan Refleksi Pelestarian Hutan Pesisir Bangkalan

        Salah satu kawasan hutan manggrove di pesisir pantai utara Bangkalan

        Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2011, kemarin, tampaknya memberikan arti tersendiri bagi Kabupaten Bangkalan, sebagai salah satu wilayah kepulauan  Madura yang memiliki keadaan alam yang kompleks terdiri dari daratan dan perairan. Berangkat dari Tema HLH 2011 yang ditetapkan oleh UNEP adalah  Forest : Nature At Your Service” dan tema untuk Indonesia adalah ” Hutan Penyangga Kehidupan “, mendesak kita untuk segera mengevaluasi dan mengkalkulasi kembali seberapa jauh konsistensi yang bisa diwujudkan dalam menganut model pembangunan yang berbasis lingkungan.
        
       Terlepas dari berbagai adanya rencana akselerasi pembangunan dan pengembangan wilayah di beberapa kawasan pesisir Bangkalan, yang berdampak pada alih fungsi kawasan. Beberapa upaya pelestarian kawasan hutan telah dilakukan pada kurun waktu lima belas tahun terakhir ini. diantaranya adalah pembangunan hutan bakau disepanjang kawasan pesisir utara maupun pesisir selatan Bangkalan. Beberapa jenis tanaman mangrove yang cocok ditanam di dua kawasan ini disamping jenis bakau, api-api dan tinjang, juga cocok pula untuk jenis pohon nipah (arosbaya). Hutan mangrove sepanjang pesisir Bangkalan ini, beberapa tahun ini telah berhasil mengurangi tingkat abrasi lair aut dan menjadi habitat beberapa jenis satwa dan aneka ragam hayati kehidupan laut.
       

Penanaman Mangrove di pantai Tengket, Arosbaya

       Di beberapa kawasan tertentu, ketebalan dan luas lahan hutan mangrove ini semakin bertambah setiap tahun, karena  intensifnya usaha penghijauan yang dilakukan instansi terkait. Akan tetapi terdapat pula beberapa lokasi kawasan pesisir yang sampai saat ini belum dapat dihutankan lantaran tingginya tingkat abrasi air laut yang disebabkan curamnya bibir pantai, seperti di pesisir wilayah Tnjung Bumi, Klampis, Sukolilo Timur, Batah Barat, Pangpajung maupun beberapa kawasan pesisir lainnya. . Beberapa kali usaha penanaman bibit mangrove di kawasan kritis ini telah dilakukan, akan tetapi tidak membuahkan hasil, kebanyakan karena diterjang maupun terbawa arus ombak. 

Hutan bakau di pantai Langpanggang, Modung

      Terlepas dari usaha penghijauan di seluruh pesisir Bangkalan, maka untuk mengurangi dampak abrasi, beberapa upaya terus dilakukan di beberapa kawasan pesisir yang kritis tersebut, diantaranya dengan membangun sejumlah bangunan ‘ break water ‘,  tangkis laut maupun pembentukan terumbu karang di beberapa lokasi yang pantainya bersebelahan dengan jalan raya.


                                                                                             Hutan jati di kawasan Geger

        Salah satu kawasan hutan di Bangkalan yang masih tetap terpelihara baik adalah hutan jati yang berada di kawasan geger, dataran tertinggi Bangkalan (< 240 m dari permukaan air laut. Kawasan yang masuk kategori hutan konservasi ini terintegrasi dengan makam ‘potre koneng’ yang legendaris. Sebagai salah satu objek wana wisata dan wisata religi, wilayah ini juga direncanakan dikembangkan menjadi arena olahraga hicking dan para layang karena ketinggiannya yang sangat ideal da panorama alamnya yang indah.

         Hasil produksi hutan Kabupaten baik yang berasal dari pengelolaan hutan rakyat maupun hutan negara dibawah pengelolaan Perum Perhutani, kapasitas produksinya terbilang cukup signifikan. Dari tingkat produksi kayu yang ada, akasia merupakan jenis pohon yang paling potensial menyumbangkan hasil kayu sebesar 47.950,00 M3, disusul oleh pohon jati sebesar 5.282,00 M3. Hasil produksi hutan yang lain adalah kayu mahoni, sengon, bambu maupun kayu pulai.

Tinggalkan komentar

Filed under Agama, Budaya, Ekonomi, Hukum, Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah, sosial, Wana Wisata